Pages

MENCOBA LRT PERTAMA INDONESIA DI KOTA PALEMBANG

Senin, 27 Agustus 2018

Assalamualaikum wr.wb.

Halo semuaaa, akhirnya setelah hiatus hampir 1 bulanan, akhirnya penulis pemula ini kembali. haha Kali ini aku ingin menceritakan pengalamanku menikmati transportasi kereta api listrik jenis LRT yang katanya pertama di Indonesia. Kebetulan aku orang Palembang, jadi sayang sekali yaaa kalau aku tidak menyisikan waktu untuk ikut merasakan euphoria naik LRT. 


LRT (Light Rail Transit)  bersanding dengan Icon of Palembang City (Ampera Bridge)

Sebelum memulai cerita, aku ingin kasih tau kalian, LRT itu apa sih ? 
Menurut Wikipedia, Kereta api ringan yang dikenal juga dengan Light Rail Transit (LRT) adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroprasi di kawasan perkotaan yang kontruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain dalam lintasa khusu, disebut juga trem.
Di Palembang sendiri LRT punya berapa stasiun sih ? secara palembang punya luas wilayah yang gak terlalu besar, beda sama jakarta yang memiliki luas wilayah yang besar. 
Jadi, LRT Palembang memiliki 13 Stasiun, yakni sebagai berikut:
1. Stasiun Bandara Sultan ahmud Badaruddin II (SMB II)
2. Stasiun Asrama Haji
3. Stasiun Telkom
4. Stasiun RSUD
5. Stasiun Polda
6. Stasiun Demang Lebar Daun
7. Stasiun Palembang Icon
8. Stasiun Dinas Perhubungan Provinsi Sumsel
9. Stasiun Cinde
10. Stasiun Ampera
11. Stasiun Polresta
12. Stasiun Jakabaring
13. Stasiun DJKA

Nah, untuk kali ini kita mulai perjalanan dari Stasiun Terjauh dari Bandara, yakni Stasiun DJKA. DJKA ini berada di bagian Ulu Palembang, jadi Palembang ini terpisah antara Daerah Ulu dan Ilir, dan Jembatan Ampera itu bertujuan sebagai perhubung antara daerah Ilir dan Ulu, berhubung, aku juga jarang ke arah ulu, alias nyebrang jembatan ampera, karna kebetulan rumah di daerah ilir, jadi kurang tau juga dimana lokasi jelas stasiun DJKA ini, pertama aku fikir ada tepat di Jakabaring Sport Center, tapi ternyata lokasinya setelah JSC, yakni dekat dengan OPI Mall. Setelah sampai lokasi, aku  naik jembatan ke stasiun, bentuknya kayak gini



Setelah itu kita masuk ke dalam stasiun DJKA, dan jujur aku cukup takjub dengan Stasiun DJKA ini, karna sebelumnya aku pernah tinggal di Jakarta selama beberapa tahun, dan menggunakan KRL sebagai salah satu transportasi andalan untuk keliling jabodetabek, jadi aku langsung membandingkan antara Stasiun KRL Jakarta dengan Stasiun LRT ini, kira kira visualnya seperti ini,



Papan penunjuk arah


Tiba-tiba langsung berasa tinggal di negara maju kalo liat stasiun LRT ini, karna ya mungkin baru, jadi masih sangat bersih dan rapi. Bisa dilihat dari foto diatas, bisa nilai sendiri kan betapa bersih dan rapinya serta tertata stasiun ini, rasa rasa di korea atau jepanglah kira kira :D.

Setelah beli tiket untuk akses naik LRT (naik LRT sampai tanggal 2 September 2018 tidak dikenakan tarif alias gratis, selama Asian Games berlangsung), untuk harga normal setau aku dipatok 5000-10.000 per perjalanan. Selain, beli tiket di loket, kita bisa menggunakan emoney, dsb.


Tiket LRT Single Trip (DJKA-Bandara SMB II)



Pintu Akses Tiket

Disediakan tangga, eskalator dan lift untuk difabel sebagai alat menuju lantai 2, aku dan teman teman memilih untuk menggunakan eskalator. Dan sesampainya di lantai 2, kebetulan kereta sudah tersedia dan tinggal menunggu berangkat. LRT sejauh ini beroperasi dari pukul 4 Pagi sampai 10 Malam. Berikut aku tampilkan jadwal LRT Palembang terbaru:

Jadwal Operasi LRT

Jarak operasi antara armada satu dengan armada lainnya memang cenderung jauh, mungkin dikarenakan jumlah armada yang masih terbatas, berhubung memang LRT ini dibangun bertujuan untuk mempermudah transportasi para Athlete Asian Games, jadi armada yang ada masih minim. Semoga kedepannya bisa lebih diperbanyak dan dapat dipergunakan oleh masyarakat Kota Palembang. 

Lanjut, kita masuk ke dalam armada LRT yaa, mirip dengan Kereta Listrik pada umumnya, kalo yang tinggal di Jakarta pasti udah gak aneh lah ya, bentuknya mirip banget sih sama KRL Jakarta, hanya saja gerbong per armada hanya ada 3 gerbong, entah apakah bisa ditambah gerbong atau memang standarnya hanya bisa 3 gerbong per armada. 




Selain bentuk dalam kereta yang sama, penjagaan yang ada di LRT ini sama kok dengan yang ada di Jakarta, Seragam penjaga, dsb. Serasa dejavu kalo liat pak penjaga ini, entah namanya satpam atau penjaga atau pamdal :D 


Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya LRT pun mulai berangkat. Sama halnya dengan sistem operasi KRL, LRT akan berhenti di setiap Stasiun, dengan menggunakan voice speaker dengan narasi yang sama dengan KRL, sebagai tanda bahwa kita telah sampai di Stasiun tertentu. Mungkin, dikarenakan belum terlalu akrab dengan masyarakat di Palembang, LRT cenderung sepi dibandingkan dengan KRL di jakarta yang memang telah menjadi kebutuhan transportasi masyarakat Jakarta. Hanya di Stasiun tertentu yang ramai, yakni di Stasiun Palembang Icon, Stasiun Ampera dan Stasiun Jakabaring. 


Foto di dalam LRT dulu sebelum negara api menyerang.

Untuk jarak tempuh sendiri, dari DJKA ke Bandara SMB II kurang lebih menghabiskan 1 jam, dikarenakan harus berhenti di setiap stasiun dan juga LRT ini cenderung lebih pelan daripada kereta listrik seperti KRL di Jakarta. Sesampainya di Stasiun Bandara SMB II, dikarenakan operasi LRT baru jalan pada Pukul 10.13 kalo gak salah, sedangkan saat itu masih pukul 10.00, akhirnya aku dan temen aku menelusuri jembatan yang menghubungkan antara Bandara dengan Stasiun, dan lagi-lagi aku merasa takjub dan bangga dengan visual Bridge yang membuat aku berasa di luar negeri,



Patung Ikan Belida yang dibentuk sedemikian rupa seolah olah sedang berenang itu benar benar Maha Karya yang patut diapresiasi, dikarenakan selain bentuknya yang indah, pasti para pengunjung akan bertanya jenis ikan apa yang digunakan untuk patung tersebut, dan otomatis dengan mudahnya kita bisa memberi tahu mereka bahwa itulah ikan pertama yang dijadikan bahan pembuatan pempek, Ikan Belida.




Tepat pukul 10.13, akhirnya Kereta tujuan Bandara - DJKA pun berangkat, dan membutuhkan waktu sama dengan saat dari DJKA-Bandara yakni sekitar 1 jam. 

Diakhir cerita perjalanan mencoba LRT Pertama di Indonesia ini, ada beberapa hal yang ingin aku ungkapkan sebagai pesan dan kesan. Pertama, soal kesan, mungkin dikarenakan bukan pengalaman pertama menggunakan kereta listrik, jadi sebenarnya aku tidak terlalu buta dalam percobaan pertama naik LRT ini, dikarenakan sistem yang digunakan sangat mirip dengan KRL Jakarta, namun yang membuat aku takjub adalah visual yang diberikan oleh setiap stasiun, apalagi saat di Stasiun Bandara dan melihat Bridge antara Bandara dan Stasiun yang sangat ciamik. 

Dan untuk pesan sendiri, pertama untuk masyarakat, semoga bisa menjaga ketertiban dan kebersihan LRT ataupun Stasiun sendiri, karna kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga, dan seharusnya kita merasa sangat bangga atas prestasi ini, dan menjaganya dengan baik, karna ini pertama di Indonesia dan kita bukan Ibu Kota Negara layaknya Jakarta, bahkan kita berada jauh dari Ibu Kota Negara, tapi kita diberikan kepercayaan menjadi Tuan Rumah Event Olahraga Terbesar Asia. Kerjasama antara Kita dan Pemerintah sangat berpengaruh penting dalam pemeliharaan Transportasi Publik ini. Dan kepada Pemerintah, semoga kedepannya, jumlah armada LRT ditambah, sehingga jadwal operasi dapat diperbanyak, dan LRT bisa menjadi salah satu alternatif transportasi publik yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Palembang. Aamiin Ya Robbal Alamin.

Akhir kata, terima kasih sudah mampir ke blog saya, semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb.





 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS